SRHI 15 SEP 22 – PANDANGLAH CAHAYA KEMULIAAN-NYA DAN BERHARAP PENUHLAH KEPADA-NYA!

”Seperti batu-batu dikikis air, dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kauhancurkan harapan manusia.”
(Ayb. 14:19)

Hidup ini ibarat suatu perjalanan dimana ada saatnya kegelapan menghambat langkah kita sehingga kita memerlukan lilin, cahaya atau terang untuk setiap langkah kita. Namun ketika kita menyalakan lilin tidak serta merta bisa menjadi terang dalam langkah kita oleh karena hembusan angin meniup lilin itu dan mati.  Dari peristiwa ini kadang kita menjadi putus asa dan bertanya kepada Tuhan: “Mengapa Engkau membiarkan aku ya Tuhan, padahal Engkau bisa menyertai bangsa Isarel dengan tiang awan di siang hari supaya tidak mati disengat terik matahari dan tiang api di malam hari supaya mereka tidak mati kedinginan serta ada terang pada jalan yang mereka tempuh? Bahkan mengapa Engkau juga mengirimkan angin yang kencang ketika hamba-Mu menyalakan lilin untuk terang jalan hamba? Jika Tuhan mau menjawab rintihan hati kita mungkin Tuhan berkata demikian: “Anak-Ku, Aku berbuat demikian itu bukan berarti Aku tidak mengasihi kamu, bukan berarti Aku meninggalkan kamu. Aku berbuat demikian itu supaya engkau tidak bergantung pada kekuatanmu sendiri tetapi supaya engkau memandang cahaya kemuliaan-Ku, bergantung dan taat sepenuhnya kepada Aku” Demikian kira-kira maksud dari firman Tuhan yang tertulis di dalam  Ayub 14:19).

Dalam situasi dan kondisi sekarang ini, kita mungkin berusaha menciptakan dan menyalakan lilin-lilin manusia sehingga kita merasa jenuh terhadap kenyataan yang ada bahkan sudah tidak percaya lagi kepada Tuhan, namun sebagai anak-anak Tuhan, kita harus tetap memandang Allah dan terus berharap kepada-Nya sebagai bukti bahwa kita telah bangun dan bangkit dari kegelapan yang ada. Mengapa?

  1. Karena rencana Allah yang terjadi pada akhir segala rencana manusia
    Manusia dianjurkan Allah untuk merencanakan sesuatu dalam hidupnya (Ams. 24:6) dengan menggunakan kepandaian dan akal budinya untuk mewujudkannya (Ams. 24:3-4; 27:17; Pkh. 4:9) karena manusia tanpa rencana dan cita-cita adalah makhluk yang tidak berguna. Namun Allah selalu mengingatkan kepada manusia supaya sadar bahwa manusia boleh berencana tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana (Mzm. 33:10; Ams. 19:21)
  2. Kemahakuasaan Allah tanpa batas
    Manusia terbatas dalam segala hal, baik dalam merancang sesuatu (Yes. 55:8-9), mempertimbangkan sesuatu (Ams.. 16:11), dalam hal memutuskan (Ams. 19:21), dalam hal melihat jauh ke depan (Yer. 33:3), dan dalam hal kuasa untuk melakukan segala sesuatu (Yes. 40:26). Karena itu, hanya percaya kepada Tuhan dengan cerdas (1 Tes. 5:6-8), berharap dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan maka manusia akan menemukan kesehatan pada tubuhnya (Kel. 15:26), damai di hati (Mat. 11:28), pengampunan atas dosanya (Mzm. 103:3), kelimpahan atas hidupnya (Flp. 4:19), sukses pada jalannya (Mzm. 1:3), dan keselamatan dari kebinasaan kekal (Yoh. 3:16; Kis. 4:12).

Jadi Saudaraku yang dikasihi Tuhan, dalam hal ini sangat jelas dikatakan bahwa memang manusia itu harus memiliki segala rencana, namun tanpa Tuhan manusia tidak dapat berbuat apa-apa seperti carang yang lepas dari pokoknya (Yoh. 15:5), maka mari kita bangun, bangkit, percaya dan berharap kepada Allah kita dengan iman yang cerdas (1 Tes. 5:6-8). Haleluya, Tuhan Yesus memberkati.
(AP15092022)
Pokok Doa:

  1. Jemaat GBIK dalam berkerja dan berkarya tetap tekun menghadapi berbagai situasi kondisi yang ada, dapat berkerja dengan baik dan memancarkan kasih Kristus;
  2. Pelayanan GBIK dalam rangka Pengabaran Injil, kiranya Tuhan memimpin Panitia PI, diberi hikmat dan semangat dari Tuhan untuk menjangkau jiwa-jiwa baru yang dimenangkan Cabang/TPW/BPW yang ada;
  3. Anak-anak yang saat ini sedang menghadapi ujian pertengahan semester agar dimampukan dalam mengerjakan dan belajar dengan baik.

Pokok Doa Cabang SEBETUNG, Kalimantan Barat

  1. Pelayanan, semangat dan kesehatan Gembala Sidang: Pdm. Darto Eran serta keluarga;
  2. Kesehatan jemaat dan pertumbuhan iman mereka;
  3. Kesetiaan jemaat dalam beribadah dan melayani.