Bacaan Alkitab : Imamat 16
(Kurun waktu : diperkirakan 1.446 – 1.444 S.M.)
“Saatnya Untuk Sebuah Pembersihan”
download versi word file : Renungan Harian – Tgl 21 Februari 2017
Menjelang hari-hari raya keagamaan ataupun liburan panjang pergantian tahun atau musim, biasanya kita akan melakukan pembersihan ataupun pendekorasian ulang tempat tinggal dan lingkungan kita. Pembersihan ini sebaiknya diselesaikan sebelum hari raya ataupun liburan pergantian tahun atau musim tersebut tiba. Demikian juga hal nya secara rohani, adanya Hari Raya Pendamaian bagi ummat Israel dimaksudkan sebagai penyucian secara rohani sebelum liburan perayaan Ucapan Syukur mereka. Apakah kita memerlukan penyucian rohani ?
Berbagai persembahan kurban telah dilakukan sepanjang tahun untuk keperluan pentahbisan, penghapusan dosa yang tidak sengaja dilakukan, penebus salah dan ucapan syukur, tetapi di awal pelaksanaannya terdapat masalah : cara pelaksanaan persembahan korban tersebut tidak dilakukan dengan benar. Nadab dan Abihu, anak-anak Harun Imam Besar ummat Israel, telah dibinasakan oleh karena mengambil perbaraan dan menaruh ukupan di atas api tersebut serta mempersembahkan api yang asing yang tidak diperintahkan oleh Allah (Imamat 10 : 1). Mungkin hal tersebut berarti bahwa mereka tidak mengambil perbaraan dari bara api yang ada di mezbah yang di hadapan TUHAN seperti yang telah diperintahkanNya (Imamat 16 : 12). Mungkin juga mereka telah mabuk dan bertindak ceroboh dan salah (Imamat 10 : 8). Atau mungkin juga mereka telah memasuki tirai Ruang Maha Kudus di mana hanya seorang Imam Besar yang berhak memasukinya satu kali dalam satu tahun pada Hari Raya Pendamaian. Segera sesudah insiden yang malang ini, Allah memberi perintah kepada Harun bahwa ia harus dapat membedakan antara yang kudus dan yang haram/ najis, yaitu hal-hal yang secara seremonial dinyatakan kudus/ bersih, yang harus dipisahkan dari hal-hal yang dianggap tidak tahir/ najis, karena TUHAN itu kudus (Imamat 10 ; 10). Selanjutnya Allah juga memberi perintah kepada Harun : “Begitulah kamu harus menghindarkan orang Israel dari kenajisannya, supaya mereka jangan mati di dalam kenajisannya, bila mereka menajiskan Kemah Suci-Ku yang ada di tengah-tengah mereka itu.” (Imamat 15: 31). Namun demikian, bagaimana hal nya jika terjadi kesalahan, entah disengaja ataupun tidak, dan jika para imam, tua-tua Israel dan rakyat ternyata masih tidak tahir (najis) di hadapan Allah yang Maha Kudus? Untuk mengatasi hal tersebut, maka satu kali dalam setahun dilakukan upacara pembersihan (dalam bulan Tishri, sekitar akhir Oktober ataupun awal November). Upacara ini dinamakan Hari Raya Pendamaian (The Bible Knowledge Commentary of the Old Testament, by Walvoord and Zuck, copyright 1985, page 198).
Hari Raya Pendamaian adalah suatu hari pemberian korban persembahan khusus untuk penghapusan dosa-dosa yang belum terselesaikan sepanjang tahun yang bersangkutan. Imam Besar akan mempersembahkan korban penghapus segala dosa yang telah dilakukannya secara pribadi, maupun atas dosa seluruh ummat Israel. Seekor lembu jantan muda akan dikorbankan untuk penghapusan dosa nya secara pribadi, dan seekor domba jantan sebagai korban bakaran (persembahan dedikasi sebagai imam). Kemudian bagi penghapusan dosa seluruh ummat Israel, diambil dua kambing jantan, serta seekor domba jantan untuk korban bakaran. Lalu dilemparkanlah suatu undian (menggunakan jerami), dan seekor kambing jantan yang kena undian akan dikorbankan bagi TUHAN, sedangkan yang seekor lagi akan dilepaskan ke padang gurun. Untuk upacara ini Imam tidak mengenakan perhiasan-perhiasan penutup jubahnya. Setelah membasuh tangannya di bejana perunggu, imam hanya mengenakan jubah gamis linen, celana linen, ikat pinggang linen, dan serban linen; ini adalah saat untuk merendahkan diri di hadapan TUHAN, dan upacara ini didahului dengan berpuasa. Dalam upacara Hari Raya Pendamaian ini, korban penghapus dosa bagi para imam tidak dilakukan sama seperti pada upacara korban penghapus dosa biasa, di mana darah hewan korban dipercikkan ke atas mezbah dan di depan tirai ruang maha kudus, tetapi dalam upacara ini darah hewan kurban dipercikkan ke atas dan di depan tutup pendamaian dari Tabut Perjanjian di hadapan Allah, di belakang tabir. Upacara ini hanya boleh dilakukan oleh Imam Besar satu sekali setahun. Ia masuk ke belakang tirai dengan membawa perbaraan api dan ukupan yang dibakar di atas mezbah. Asap dari ukupan wangi yang dibakar itu akan naik di hadapan imam dan menutupi tutup pendamaian, sehingga imam tersebut tidak dapat melihat kemuliaan hadirat Allah yang memenuhi ruang maha kudus. Lalu imam akan memercikkan darah hewan kurban ke atas dan di hadapan tutup pendamaian. Sesudah itu, imam besar tersebut akan keluar, mengambil sedikit darah hewan kurban dan memercikkan sedikit darah tersebut ke atas kedua tanduk di sekeliling sisi mezbah perunggu, dan menuangkan sisa darah hewan kurban di dasar mezbah. Kemudian imam besar akan mengulangi prosedur yang sama dengan hewan kurban berupa kambing jantan – korban penghapus dosa bagi ummat Israel di hadapan TUHAN. Lalu Allah berfirman :
“(16:20) Setelah selesai mengadakan pendamaian bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu, (16:21) dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. (16:22) Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun (Imamat 16 : 20 – 22).
TUHAN berfirman kepada Harun bahwa pada Hari Raya Pendamaian tersebut : “…diadakan pendamaian bagimu untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu di hadapan TUHAN….. (harus) mengadakan pendamaian bagi tempat maha kudus, bagi Kemah Pertemuan dan bagi mezbah, juga bagi para imam dan bagi seluruh bangsa itu, yakni jemaah itu.” (Imamat 16 : 30, 33).
Pengampunan dosa sepenuhnya akan menghasilkan sukacita dan ucapan syukur. Upacara Hari Raya Pendamaian ini menggambarkan karya Yesus Kristus yang menyucikan kita dari segala jenis dosa (Ibrani 9 : 7 – 14, 24-26; I Yoh. 1 : 7). Yesus adalah imam besar yang telah masuk ke balik tabir Ruang Maha Kudus , bukan untuk mempersembahkan korban penghapus dosanya sendiri karena Ia tidak pernah berbuat dosa, tetapi Yesus telah memasuki ruang maha kudus di surga, setelah mempersembahkan darahNya sendiri ke atas mezbah, di kayu salib di Kalvari, untuk melakukan pendamaian atas dosa seluruh ummat manusia, dan untuk menyucikan segala dosa kita, entah dosa tersebut dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Pengampunan dari Allah tersedia bagi siapapun yang percaya bahwa pengorbanan Kristus di kayu salib adalah korban persembahan yang sanggup menghapuskan seluruh dosa mereka dan sanggup mengadakan pendamaian bagi mereka di hadapan Allah Yang Maha Kudus. “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya…” (Roma 3 : 25). Puji nama TUHAN!
Ummat Kristiani, apakah Anda pernah lalai menghadap Allah yang Maha Kudus untuk mohon pembersihan secara teratur atas kehidupan rohani Anda ? Sekaranglah waktunya untuk melakukan pembersihan rohani, saat untuk menanggalkan segala kekotoran dan carut-marut dosa yang mungkin telah Anda akumulasikan selama ini. Datanglah menghadap TUHAN dengan penuh penyesalan, kerendahan hati dan pengakuan bahwa Anda telah berdosa. Mohonkanlah penyucian yang menyeluruh atas segala dosa tersebut di hadapan TUHAN. Penyucian dan pengampunan dosa yang sempurna hanya terdapat di dalam Kristus Yesus (I Yoh. 1 : 9). Anda dapat sungguh-sungguh disucikan, dan setelah mendapatkan penyucian dosa tersebut, maka Anda dapat merayakannya dengan penuh ucapan syukur!
Untuk Direnungkan dan Dilakukan :
Kurban darah Yesus Kristus, Anak Allah, mengaruniakan bagi kita segala pengampunan, kehidupan rohani yang baru dan kedamaian ;
Pengampunan dosa yang sepenuhnya akan menghasilkan sukacita dan ucapan syukur. Datanglah kepada Yesus di dalam sikap penyesalan, kerendahan hati dan iman akan adanya penyucian hidup yang menyeluruh.
Pertanyaan Untuk Diskusi :
Setelah membaca seluruh ayat di kitab Imamat 16 ini, kita mengerti tentang maksud diadakannya Hari Raya Pendamaian bagi ummat Israel, dan khususnya di bagian akhir dari Imamat 16 di ayat 34 dikatakan : “Itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagimu, supaya sekali setahun diadakan pendamaian bagi orang Israel karena segala dosa mereka…”; lalu bandingkanlah secara kontras dengan karya penebusan dosa oleh Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung kita, di dalam kitab Ibrani 10 : 12 – 14 : “(10:12) Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, (10:13) dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. (10:14) Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. Sungguhkah kita telah percaya bahwa pengorbanan darah Yesus bagi kita orang berdosa yang percaya kepadaNya itu terjadi hanya satu kali dan untuk selama-lamanya? Sungguhkah kita telah menerima dan menghayati Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung kita? Sungguhkah kita telah percaya bahwa saat ini Yesus Imam Besar Agung kita duduk selama-lamanya di sebelah kanan Allah (posisi tertinggi di hadapan Allah)? Lalu bagaimanakah penghayatan kita akan kebenaran-kebenaran dari Firman Tuhan tersebut mempengaruhi kehidupan doa kita di hadapanNya?
Ayat Hafalan Hari Ini :
I Korintus 6 : 11 “Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.”
Selamat pagi dan selamat ber Saat Teduh ytk Bpk/Ibu/Sdr ku dalam Tuhan. Ketika membaca tentang ritual Hari Raya Pendamaian, di mana terdapat bagian undian atas dua ekor kambing jantan sebagai korban penghapus dosa bagi ummat Israel, khususnya pada ayat 7 – 10 dari Imamat 16 ini disebutkan bahwa sebuah undian jatuh bagi kambing jantan yang harus disembelih sebagai korban penghapus dosa bagi TUHAN, tetapi yang seekor lagi harus dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun. Lalu kita bertanya-tanya siapakah Azazel yang dimaksud disini?
Beberapa catatan dari Hope of Israel Ministries (Ecclesia of YEHOVAH)mencoba menjelaskan apakah kata ‘Azazel’ disini mengacu kepada Yesus Kristus, ataukah sebaliknya, mengacu kepada musuh manusia di padang gurun, alias Iblis?
Pada ritual Hari Raya Pendamaian tersebut menurut tradisi Israel kuno, imam besar akan menaruh tangannya ke semacam guci untuk mengambil undian dan menaruh undian itu masing-masing ke atas kepala kedua kambing jantan korban penghapus dosa tersebut. Bagi kambing jantan yang kena undian untuk disembelih sebagai korban bagi Yehovah,
lehernya akan diikat dengan kain kirmizi merah menyerupai sebuah lidah, sedangkan untuk kambing jantan yang akan dilepaskan di padang gurun, tanduknya diikat dengan kain kirmizi merah. Sementara seluruh ummat Israel sujud menyembah ke arah mezbah, imam besar akan menumpangkan tangannya ke atas kepala kambing jantan yang akan dilepaskan ke padang gurun tersebut, sambil menoleh ke ummat Israel, ia akan berkata : “hai ummat Israel, sekarang segala dosamu sudah dibersihkan”, atau ia melakukan pemindahan seluruh dosa ummat Israel ke atas kepala domba jantan yang hidup dan akan dilepas ke padang gurun.
Peake’s commentary yang didasarkan pada kitab Mishnah. Yoma vi, 8, atau kitab yang ditulis berdasarkan tradisi yang diucapkan turun temurun oleh nenek moyang orang Israel melengkapi Taurat Musa, mengatakan bahwa kata ‘Azazel’ lebih tepat mengacu kepada istilah ; “tebing yang curam dan bergerigi batu” di padang gurun, karena kambing jantan yang akan dilepaskan ke padang gurun tersebut akan terlebih dahulu dituntun oleh ‘tangan seseorang, non-Israel, yang cukup kuat untuk menuntunnya’, lalu ia akan melepaskan ikatan tali kirmizi pada lehernya, dan kemudian membawanya ke sisi tebing curam berbatu itu, untuk kemudian mendorongnya ke bawah, sehingga sebelum sampai ke dasar lembah, kambing jantan tersebut akan mati. Di dalam Peake’s commentary hal.248-249 tersebut juga dijelaskan bahwa kambing jantan yang dilepas ke padang gurun tersebut tidaklah berarti bahwa ia dipersembahkan kepada Semjaza (Sammael ), atau kepala Malaikat yang berdosa kepada Allah dan dibuang ke bumi, atau sebagai suatu suap kepadanya untuk tidak melakukan tuduhan palsu terhadap Israel (Iblis adalah si penuduh)ataupun agar ia membatalkan penghapusan dosa Israel. Tindakan tersebut juga bukan pengorbanan karena kambing yang dilepas di padang gurun tersebut tidak disembelih; tetapi lebih tepat dikatakan bahwa kambing yang dilepas di padang gurun untuk menanggung dosa Israel itu adalah atas perintah Allah sendiri.
Namun di atas semua lukisan tentang dua kambing jantan yang digunakan sebagai korban penghapus dosa dalam Hari Raya Pendamaian tersebut (Imamat 16 : 5), kita belajar lebih dalam lagi tentang karya penyelamatan yang dilakukan Yesus Sang Mesias: Ia telah menanggung dosa dunia melalui pengorbanan darahNya di kayu salib di Kalvari, dan Ia juga telah mengadakan pendamaian bagi seluruh dosa ummat manusia. “(13:38) Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. (13:39) Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa.” (Kis. R. 13 : 38-39). Halleluyah terpujilah nama Tuhan Yesus!