“Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkalah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah dirimu menganggap pandai!”
(Rm. 12:16)
Ada satu kisah nyata yang dialami oleh seorang jemaat di salah satu Gereja Baptis Indonesia anggota GGBI, dimana ia seorang jemaat yang setia bergereja namun ketika ia beribadah di gereja ia kehilangan motornya yang diparkir di depan rumah milik salah seorang jemaat (karena gereja belum memiliki tempat parkir). Ia sangat terpukul. Setelah dua belas bulan mengangsur dengan gaji pas-pasan, sepeda motornya raib! Para jemaat berdoa baginya. Lalu sebuah pertanyaan muncul dari salah seorang jemaat gereja itu: “Mengapa hanya berdoa? Tidak bisakah kita berbuat sesuatu?”
Tanpa sepengetahuan jemaat yang kehilangan motornya, jemaat yang lainnya berusaha mengumpulkan uang. Mereka menyisihkan penghasilannya setiap bulan. Ada yang berjualan kue, ada yang menyisihkan dari hasil pertanian, pertukangan, dan sebagainya. Setahun kemudian, mereka berhasil membeli sepeda motor baru dan diserahkan kepada jemaat yang kehilangan motornya pada persekutuan malam Natal. Momen itu sangat indah. Penuh tawa dan air mata, baik yang memberi maupun yang menerima, semua dilimpahi berkat Tuhan. Melalui peristiwa itu, dengan adanya jemaat yang kehilangan motornya ketika beribadah dan juga kepedulian semua jemaat untuk memberikan sepeda motor yang baru, seorang pendeta dan juga pengurus gereja disadarkan pula bahwa persekutuan akan lebih indah dan nyaman selain kebersamaan jemaat yang rukun, gereja juga harus memiliki tempat parkir yang memadai. Maka terjadilah kegerakan bersama-sama untuk membangun sarana prasarana ibadah.
Tuhan sering membentuk kerohanian kita melalui persekutuan. Tidak seorang pun bisa memiliki kerohanian yang dewasa hanya dengan berdoa, berpuasa, atau mendalami Alkitab secara pribadi. Itu sebabnya, dalam Roma 12:9-17, Rasul Paulus meminta jemaat Tuhan untuk selalu terlibat dalam persekutuan meskipun dalam setiap persekutuan, ada bermacam-macam orang, antara lain: ada yang hatinya sesak (12), hidup berkekurangan (13), berdukacita (15), bahkan mungkin ada yang hatinya jahat (17). Tidak mudah mengasihi dan memahami mereka sehingga ada konflik dan salah paham biasa terjadi. Namun, justru lewat semua itu kita belajar mengasihi dengan tulus, belajar menangis dan tertawa bersama, belajar sehati sepikir, apalagi untuk kemajuan gereja-Nya tempat kita menggabungkan diri dan bersekutu, yaitu Gereja Baptis Indonesia Kebayoran (GBIK).
Jadi Saudara sekalian di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus. Tuhan bisa membentuk kita dengan berbagai cara termasuk melalui orang lain. Maka, benamkanlah diri kita atau ikutilah selalu dalam persekutuan. Disitulah kita memiliki kesempatan untuk berlatih: “Mewujudkan kasih dalam tindakan nyata dan persekutuan bagaikan gunting tajam yang Tuhan pakai untuk memangkas keegoisan kita”. Tuhan Yesus memberkati.
(AP11052021)
Pokok Doa:
- Upaya pemerintah mencegah dan menangani terorisme di Indonesia kiranya terus mendapat pertolongan Tuhan. Masyarakat berperan aktif mencegah intoleransi dan menjaga persatuan kesatuan bangsa;
- Hikmat bagi masyarakat Indonesia agar tidak menyebarkan dan terprovokasi berita bohong seputar larangan mudik lebaran;
- Persiapan SIL GBIK yang dilaksanakan pada masa libur sekolah. Kiranya kepanitiaan dan susunan acara yang dibentuk dapat menolong anak-anak semakin mengenal Kristus.