
“Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: ‘Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia.”
(Matius 2:8)
Masih ingatkah lagu “Jangan Ada Dusta di Antara Kita”? Lagu kenangan yang dibawakan oleh Broery Marantika dan Dewi Yull ini sangat populer pada zamannya bahkan sampai sekarang. Dalam lagu ini diceritakan bahwa jika ada dusta di antara kita yang saling mengasihi, maka akan menjadi masalah yang berkepanjangan, termasuk menimbulkan amarah. Semua harus jujur, apa adanya, dan saling percaya. Dalam hal ini, jelas bahwa berdusta akan menimbulkan amarah, dan amarah tidak mengerjakan yang baik dalam hidup manusia. Amarah menimbulkan sakit hati (Kej. 34:7), amarah menuntun orang melakukan dosa (Mzm. 4:5), amarah mendorong orang melakukan kejahatan (Mzm. 37:8), amarah membuat orang tidak dapat mengendalikan diri (Ams. 19:19), dan amarah memisahkan kita dari orang yang kita cintai (Ams. 21:19). Itu berarti amarah adalah akar dari segala malapetaka.
Apakah yang membuat seseorang marah?
Ada banyak hal yang membuat seseorang marah. Marah adalah warisan. Seseorang marah sejak masih kanak-kanak. “Dalam keadaan ingin menjadi sempurna, kita dibentuk oleh keadaan dan orang tua kita, dan itu menuntun hidup kita seterusnya,” demikian ungkapan Donna Sinclair, seorang wartawan terkenal Amerika.
Kita marah saat kita berada pada posisi tertolak, misalnya raja Herodes yang menjadi sangat marah karena merasa ditolak dan tidak digubris oleh para Majus yang menemui bayi Yesus (Mat. 2:8); padahal sebelumnya ia sudah berpesan kepada orang Majus untuk memberitahunya jika sudah menemukan bayi Yesus dan ia akan menyembah-Nya (Mat. 2:8).
Selain itu, seseorang bisa marah karena penampilan yang kurang pas, kebudayaan kita yang kurang cocok, atau pendapat dan permohonan kita yang tidak diterima orang lain.
Kita marah saat kita berpikir negatif terhadap orang lain, misalnya saat orang sedang membisikkan sesuatu kepada temannya, kita mengira dia sedang membicarakan kita (Ams. 25:23). Pikiran negatif membuat kita celaka dan melakukan penghakiman pada orang lain (Mzm. 37:1).
Kita marah karena iri hati. Raja Saul marah karena Daud berhasil (1 Sam. 18:6-30). Saudara-saudara Yusuf marah karena Yusuf diperlakukan ayah mereka secara khusus (Kej. 37:11). Kain marah dan membunuh adiknya, Habel, karena persembahan Habel diterima Allah (Kej. 4:3-5). Murid-murid Tuhan Yesus marah karena mendengar permintaan dari ibu anak-anak Zebedeus supaya kedua anaknya boleh duduk di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus dalam kerajaan-Nya (Mat. 20:20-24).
Bagaimana caranya mengatasi amarah?
Pertama, jangan memberi tempat di hati dan pikiran kita bagi amarah. “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan” (Ef. 4:31). Hal ini tentunya tidak terjadi begitu saja. Kita harus melihat segi yang baik dari sesama, termasuk orang jahat sekalipun. “Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang” (Mzm. 37:1). Saat marah, berdiam diri, karena jika kita melampiaskan amarah, itu membuktikan kebodohan kita (Pkh. 7:9). Amarah kita ibarat virus yang menjangkit orang lain (Ams. 15:1).
Kedua, jangan izinkan amarah menjerat kita pada dosa. “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam” (Mzm. 4:5).
Marah seperti apakah yang tidak berdosa? Marah yang tidak berlarut-larut. “Apabila kamu marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu” (Ef. 4:26).
Marah yang tidak mengambil hak-Nya Allah untuk membalas orang yang kita musuhi. “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Allah” (Rm. 12:19).
Jadi, Saudara, mari kita sambut kedatangan Tuhan Yesus Kristus dengan hati yang penuh sukacita seperti orang-orang Majus yang rela mengorbankan segalanya untuk Tuhan, dan janganlah kita menyambut kedatangan Tuhan Yesus dengan dusta dan amarah seperti Herodes yang hanya mementingkan egonya sendiri. Ingat, Tuhan Yesus mengasihi orang yang tulus menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Tuhan Yesus memberkati.
(AP09122024)
Pokok Doa GBIK:
- Mengucap syukur atas ibadah hari Minggu dan Sekolah Minggu yang sudah berjalan dengan baik, kiranya jemaat diberkati dan semakin mengasihi Tuhan.
- Berdoa untuk kesiapan para petugas dan panitia dalam setiap acara Natal di GBIK beserta Cabang, BPW maupun TPW agar dapat terlaksana dengan baik dan semua jemaat dapat menikmati momen Natal dengan penuh sukacita.
- Berdoa untuk keamanan dan kenyamanan setiap daerah di Indonesia supaya tidak ada pihak-pihak yang mengganggu dalam perayaan Natal 2025.
Pokok Doa Pokok Doa Cabang Purwonegoro
- Doakan kegiatan gereja KPW, persekutuan Lansia,Ibadah Doa, Latian Padus.
- Doakan Persiapan Natal.
- Berdoa untuk kegiatan WBI & PBI.
Pesan di aura sy :
Dunia masa kini serupa tapi ta sama
Perilaku Kuasa Penguasa Dunia (contoh: Korea Utara) muncul & ada diantara UmatNya yang alami Natal di Hati tempat Yesus lahir di Dunia
Natal dihati itulah Natal di ke-kini-an. Selamat Jelang raya raya bersama bersehati saat ini. Amin