“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.”(Hos. 6:6)
Nilai yang dipegang seseorang akan membuat seseorang itu dengan mudah menentukan benar atau salah dalam semua aspek kehidupannya. Manusia pada dasarnya punya rasa atau kemauan untuk membenarkan dan menyalahkan. Contoh yang nyata pada saat ini adalah aliran agama yang tidak sesuai dengan agama utamanya dicap sesat dan tidak layak menggunakan nama agama utamanya. Manusia dapat dengan mudah memberi label atau nilai benar dan salah, karena itu adalah hal yang akan dipakai untuk meneruskan hidup di dunia. Kalau ada hal yang dirasa benar maka akan kita jalankan, kalau salah maka akan kita hindari. Inilah fakta kehidupan, karena manusia sendiri menentukan jalan hidupnya.
Sekarang ini kita akan belajar dari perikop Matius 12:1-8, yang diceritakan bahwa pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum dan karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Sebenarnya ini adalah peristiwa yang sederhana tapi dampaknya luas. Bagi orang Farisi, Sabat adalah hari istirahat dan gambaran akan kehadiran Allah sehingga ada banyak larangan di hari Sabat, misalnya memasak, mencuci pakaian, membangun, memperbaiki, menulis, menyalakan api, memotong, memancing, termasuk berpindah atau berpergian, panjat pohon, dan sebagainya. Orang Farisi dengan mudah dapat menentukan benar atau salah karena ada larangan atau perintah. Ini adalah nilai dasar yang dibuat oleh orang Farisi sehingga bagi yang melanggar nilai tersebut dinyatakan salah dan bila dilaksanakan maka dinyatakan benar.
Apa jawaban Tuhan Yesus terhadap “penghakiman” yang dilakukan oleh orang Farisi?
Jawaban Tuhan Yesus yang pertama mengingatkan kepada Daud dan batasan roti sajian (1 Sam. 21:1-6). Hukum Taurat membatasi roti sajian hanya diperuntukkan bagi imam-imam (Im. 24:4), namun kebutuhan manusia yang sangat mendesak membatalkan peraturan ini, para rabi juga memahami demikian (Mat. 12:5-6).
Jawaban Tuhan Yesus yang kedua mengingatkan kepada aktivitas para imam pada hari Sabat (Mat. 12:5). Alasan-Nya adalah, kalau para imam tidak disalahkan bila bekerja pada hari Sabat demi terselenggaranya ibadah di bait Allah, betapa lebih lagi para murid tidak dapat disalahkan jika memakai hari Sabat untuk bekerja bagi Kristus, karena Kristus adalah Tuhan atas hari Sabat.
Jawaban Tuhan Yesus yang ketiga menunjuk kepada salah pengertian orang Farisi dalam kitab Hosea 6:6 mengenai belas kasihan dan bukan persembahan. Allah menghendaki “hati yang benar” jauh melebihi “hal-hal lahiriah” yang telah menjadi apa yang dilakukan bangsa Israel hanya sekedar mungkin tata cara belaka. Allah menolak praktik-praktik keagamaan Israel, dengan kata-kata “Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan”. Kasih setia ini diterjemahkan dengan kata kasih yang mencakup kasih terhadap Allah dan kasih terhadap sesama manusia.
Melalui perenungan firman Tuhan ini kita semakin tahu dan menyadari bahwa Allah menghendaki hati yang dipenuhi dengan belas kasihan yaitu hati yang penuh kasih kepada Allah dan kepada sesama. Allah tidak menghendaki praktik keagamaan yang hambar, formalitas, dan rutinitas, sekalipun secara kasat mata luar biasa, namun jika di dalamnya tidak ada unsur kasih yang benar kepada Allah dan membawa dampak yang baik bagi manusia, maka hal itu adalah hal yang ditolak Allah. Seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang Farisi, yang secara kasat mata penuh dengan “ketaatan terhadap hukum Taurat” namun sebenarnya itu tidak berasal dari hati untuk mengasihi Allah tetapi untuk mendapat “pujian” bagi dirinya sendiri. Bukan dari dalam hati untuk membawa dampak yang baik bagi sesama, tetapi untuk menghakimi sesama. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
(AP08072024)
Pokok Doa GBIK:
- Doakan anak-anak sekolah yang memasuki tahun ajaran baru, dan bersekolah di tempat yang baru agar dapat beradaptasi dan semangat dalam belajar.
- Doakan para orangtua dicukupi untuk pemenuhan biaya pendidikan anak-anak.
- Doakan pemuda-pemudi GBIK yang sedang kuliah, sedang mengerjakan skripsi diberi semangat, kelancaran dalam proses studinya.
Pokok Doa Cabang SINDU, Bengkayang, Kalimantan Barat
- Mengucap syukur untuk kegiatan gereja selama bulan Juni sudah berjalan dengan baik.
- Berdoa untuk penjangkauan dan penginjilan jemaat-jemaat yang sedang undur dan sudah jarang hadir beribadah.
- Berdoa untuk kehadiran murid di Sekolah Minggu bisa terus bertambah.