SRHI 15 SEP 21 – UNTUK MENYATAKAN KASIH PERLU INTROPEKSI DIRI

“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”

(Mat. 7:3)

 

Dunia dan kehidupan manusia seiring berjalannya waktu terlihat begitu rumit. Begitu mudah kita menilai, mengoreksi, dan bahkan mengadili orang lain. Tentu banyak alasan yang membuat kita berlaku seperti itu, namun jika kita renungkan secara mendalam maka itu disebabkan oleh karena kasih dan pengampunan di hati kita mulai keropos dan berkadar tipis. Atau dengan kata lain seperti kata Alkitab yaitu kesalahan orang lain begitu tebal seperti balok di mata kita, karena kasih kita begitu tipis seperti selumbar yang ada di hati kita.

Untuk lebih mudah memahami kebenaran kalimat di atas mari kita baca Lukas 7:36-50. Dikisahkan bahwa ada seorang Farisi yang bernama Simon mengundang Yesus makan di rumahnya. Dan dimungkinkan jamuan makan yang dilakukannya itu ada unsur politiknya, dalam arti supaya ia dipuji orang bahwa ia dapat menjamu seorang Yesus. Selain itu dengan kehadiran Yesus di rumahnya, ia bersama para tamu undangan terhormat lainnya dapat menyaksikan siapa itu Yesus serta dapat bertanya banyak hal kepada Yesus seperti yang diperbuat Nikodemus (Yoh. 3:1-21). Menariknya lagi dari kisah ini adalah sementara pesta sedang berlangsung dengan mewahnya, hadirlah seorang tamu wanita tidak diundang yang mereka semua tahu bahwa wanita itu adalah orang yang bejat dan penuh dosa. Melihat kehadirannya, Simon pemilik pesta itu rishi dan menjadi marah. Namun bagi wanita itu meski dimarah dan mungkin direndahkan, ia tetap tidak beranjak dari tempat itu oleh karena bagi dia kehadirannya bukanlah untuk Simon, bukan pula untuk makan tetapi ia hadir hanya untuk Yesus. Hebatnya lagi, ia datang bukan dengan tangan hampa melainkan dengan membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi dan hati yang mengasihi Yesus. Sambil menangis wanita itu berdiri di belakang Yesus dekan kaki-Nya.

Apa yang dilakukan wanita berdosa itu di dekat kaki Yesus? Pertama, ia mambasuh kaki Tuhan dengan air matanya. Kedua, ia menyekanya dengan rambutnya. Ketiga, ia mencium kaki Tuhan Yesus dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. Sungguh luar biasa apa yang dilakukan wanita berdosa itu sehingga dapat dipastikan penghuni sorga semua bersukacita walaupun tidak bagi Simon dan teman-temannya. Mereka bersungut-sungut dan menyalahkan wanita itu serta Tuhan Yesus dalam hati mereka.  Namun, Tuhan Yesus tahu isi hati manusia (Yoh. 2:24-25), tahu isi hati dan pikiran mereka, sehingga Tuhan Yesus menanyakan kepada Simon: “Jika ada dua orang yang berhutang. Yang satu lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka orang yang melepas uang membebaskan hutang mereka. Siapakah diantara mereka yang lebih mengasihi dia?” Jawan Simon: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya”. Kata Yesus kepadanya: “Betul pendapatmu itu”. Suasana lalu berubah.

Dari kisah ini, perhatian mereka waktu itu dan kita sekarang ini lalu tertuju bukan lagi pada pesta, bukan pada rumahnya Simon yang bagus, bukan pada para tamu undangan Simon yang hadir, bukan pada berapa jumlah tamu yang hadir, tetapi hanya tertuju pada tiga orang saja, yaitu pada Simon sang pemilik rumah, wanita berdosa, dan Tuhan Yesus. Apa yang dapat kita pelajari dari sikap ketiga orang ini? Pertama, Simon hanya melihat besarnya dan banyaknya dosa wanita itu. Kedua, Sang wanita berdosa itu menyatakan kasihnya kepada Tuhan Yesus. Dan Ketiga, Tuhan Yesus menyatakan kasih-Nya kepada wanita berdosa yang rela mencari dan mengasihi-Nya dengan jalan mengampuni dosanya.

Jadi, saudaraku sekalian yang dikasihi Tuhan Yesus, mari kita semua intropeksi diri, apakah kita ini adalah manusia yang sudah tidak bisa jatuh lagi dalam dosa sehingga dengan mudahnya menghakimi sesame kita? Apakah kita sudah seperti wanita berdosa ini yang dengan rela hati tetap mencari dan mengasihi Tuhan Yesus dengan berbagai tantangan dan resiko yang ada? Ingat, kita sesungguhnya adalah sama-sama manusia berdosa yang hanya oleh anugerah-Nya saja kita diselematkan, maka kasihilah sesama kita dengan setulus hati tanpa melihat masa lalunya.  Tuhan memberkati kita.
(AP15092021)

Pokok Doa:

  1. Doakan kesiapan Pemerintah dan masyarakat memasuki musim hujan. Mohon pertolongan Tuhan bagi beberapa wilayah Indonesia yang mulai terkena banjir;
  2. Doakan proses pembelajaran tatap muka yang mulai dibuka di beberapa wilayah Indonesia. Kiranya sekolah siswa dan orang tua dapat mengikuti protokol kesehatan yang berlaku;
  3. Doakan hasil rapat perancang bulan September agar dapat dijalankan dengan baik. Kiranya ada koordinasi yang baik, hati yang saling mengasihi antar panitia dan pelayan gereja.