“Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata:
“Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah” ”
(Ibr. 6:1)
Ada banyak orang hadir menyaksikan ketika Tuhan Yesus disalibkan di bukit Golgota. Ada orang-orang Yahudi beserta pemimpim pemimpin mereka yang dipenuhi rasa dendam terhadap Yesus. Ada beberapa perempuan murid Yesus yang sangat berduka, dengan setia mengikuti Yesus. Yang pasti ada beberapa prajurit tentara Roma yang dipimpin oleh seorang perwira, bertugas melaksanakan eksekusi penyaliban Yesus. Dari sekian banyak orang yang hadir, hanya ada dua orang, yaitu perwira tentara Roma dan seorang penyamun yang disalibkan bersama Yesus, yang menyatakan pengakuan imannya tentang siapakah Yesus itu. Marilah kita membedah perjalanan perwira Roma ini.
Perwira tentara Romawi adalah orang yang sangat dikagumi banyak orang. Mereka naik pangkat menjadi komandan membawahi lebih dari seratus prajurit. Merekalah yang muncul dalam Perjanjian Baru, ditampilkan sebagai orang-orang yang kuat dan sangat disiplin. Perwira yang tidak disebutkan namanya ini menyaksikan peristiwa klimaks yang berhubungan dengan kematian Yesus. Dia mungkin hadir saat penangkapan dan persidangan; yang pasti mereka hadir pada saat Yesus disalibkan. Mereka menyaksikan dan mendengar segala yang terjadi di Bukit Golgota. Apa yang mereka saksikan dan dengarkan itu memberi pengaruh yang sangat besar terhadap diri mereka.
Tepat setelah gempa bumi pada saat kematian Yesus, perwira itu mengaku, “Sungguh ini adalah Anak Allah“. Dia telah menjadi pria yang beriman kepada Yesus Kristus. Pengakuan imannya sama seperti pengakuan Simon Petrus ketika Tuhan Yesus bertanya kepada murid-muris-Nya: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Petrus menjawab: “ Engkau adalah Mesias Anak Allah yang hidup”. Ini adalah pengakuan yang Tuhan ingin dengar dari kita masing-masing. Jika kita melihat lebih dekat kepada “wajah iman ” perwira Roma di bawah salib ini, mungkin kita juga bisa bergabung dengannya dalam pengakuannya.
Perwira tentara Roma itu berubah pikiran tentang Yesus dalam waktu yang relatif singkat. Dia melaksanakan tugasnya membantu orang Yahudi tanpa perasaan mengeksekusi Yesus. Tetapi kemudian dia segera mengakui Yesus sebagai Anak Alla. Apa yang membuat dia mengubah keyaklnannya terhadap Yesus? Ini:
- Cara penderitaan Kristus.
Perwira itu belum pernah melihat seorang manusia mengalami sedemikian banyak penghinaan. Dia diejek, dipukul, dilecehkan, dicambuk, diludahi, dan sekarang disalib. Namun Yesus tidak pernah kehilangan ketenangan atau bereaksi dalam kemarahan.
Bahkan saat para prajurit memakukan Dia di kayu salib, Dia diam, tidak memberontak, patuh. Dia mengucapkan hanya tujuh kata dan salah satunya berupa doa: “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Mengamati sikap dan perillaku Yesus membuat perwira itu merasa aneh. Pria macam apakah orang ini? Rasanya dia harus lebih dari manusia biasa.
- Kasih Kristus bagi musuh-musuh-Nya.
Kebencian orang banyak terhadap Yesus sangat jelas. Orang tanpa henti melontarkan hinaan dan tuduhan kepada Yesus. Bahkan saat Dia sedang terpaku di kayu salib. Tapi dalam menanggapi ejekan mereka, dengan cinta, sambil terengah-engah, Yesus berdoa: “Bapa ampunilah mereka.” Perwira itu jadi prihatin melihat dan merasakan sikap benci orang banyak yang menyalibkan Dia. Rasa benci seperti apakah mereka itu! Sekali lagi sikap Yesus amat sangat mengesankan perwira itu, membuat dia bertanya-tanya tentang bagaimana keputusan orang banyak dan Pilatus. Tapi ternyata dialah yang memutuskan untuk menyalibkan Yesus. Perwira itu terperangah, bagaimana mungkin seorang dengan cinta kasih seperti itu pantas dihukum mati:
- Fenomena Alam.
Hari pada waktu Yesus disalibkan itu merupakan hari yang lain daripada yang lain. Setelah Yesus digantung di kayu salib selama kurang lebih tiga jam, kegelapan menyelimuti negeri itu. Meskipun saat itu tengah hari, tidak ada sinar matahari terpancar. Saat itu sang perwira berdiri di dekat salib. Dan selama kegelapan, dia mendengar Yesus berseru, “Ya Tuhan, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”
Kira-kira pukul tiga Yesus mati. Saat itu seluruh pedesaan mulai diguncang gempa bumi. Perwira tersebut merasakan adanya hubungan antara kematian Orang Yang Disalibkan itu dengan gempa bumi yang terjadi. Perwira itu mengambil kesimpulan: tentunya Orang Yang Disalibkan itu bukan seorang penjahat!
- Cara kematian Kristus.
Selama menjalankan tugasnya, Perwira tentara Roma ini telah melihat banyak kematian. Dia tahu bahwa kematian melalui penyaliban mengikuti pola tertentu. Tetapi kematian Yesus berbeda. Di saat-saat terakhir-Nya, Yesus berseru, “Sudah selesai”. Itu seperti teriakan kemenangan. Yesus telah memenangkan peperangan. Kemudian diam-diam Yesus berdoa lagi, “Bapa ke tangan-Mu Aku menyerahkan jiwaku” Dia mati seolah-olah Dialah yang bertanggung jawab. Dia meninggal dengan tenang menyerahkan-Nya kepada Tuhan
Bukti- bukti terlalu banyak bagi perwira Romawi itu. Dia tahu di dalam hatinya bahwa Yesus ini lebih dari seorang manusia. Jadi dia berseru,” Sesungguhnya Dia ini adalah Anak Allah“.
Saudara-saudaraku, kita memiliki lebih banyak bukti daripada perwira Roma itu. Kita tahu tentang kebangkitan, kemuliaan dan karya Yesus yang berkelanjutan. Lihatlah buktinya dengan cermat dan itu akan menuntun kita kepada pada iman yang sejati.
(JET23042021)
Pokok Doa:
- Mendoakan hikmat bagi pemerintah dalam menjaga harga kebutuhan pokok di bulan Ramadhan dan Hari raya , kiranya bisa di jangkau masyarakat dari berbagai kalangan;
- Mendoakan persiapan SIL 2021 , kiranya diberi hikmat bagi Ketua SM dan panitia dalam merancang pembelajaran yang membangun iman;
- Mendoakan pelayanan panitia Keamanan GBIK dan jajaran nya , selalu dalam hikmat Tuhan Yesus.