RENUNGAN BULETIN MINGGU KETIGA MEI’19

ROH JAHAT TAKKAN KUAT

(Luk. 9:37-43a)

 

Dalam dunia olahraga ada yang namanya perlombaan dan pertandingan. “Perlombaan” itu dipergunakan untuk olahraga yang tidak berhadapan langsung satu lawan satu atau satu tim melawan satu tim. Artinya peserta lomba yang lebih dari dua melakukan tindakan berama-sama. Msalnya perlombaan lari marathon, bukan pertandingan lari marathon. “Pertandingan” dipergunakan untuk olahraga yang mempertemukan dua orang atau dua tim untuk saling melawan sesuai dengan aturan main yang ditentukan. Misalnya pertandingan tinju artinya ada dua petinju saling berlawanan diawasi oleh seorang wasit yang mengawasi jalannya pertandingan, atau pertandingan sepakbola di mana dua tim sepakbola saling berhadapan, bertanding dengan diawasi seorang wasit di tengah lapangan dan dua wasit penjaga garis di luar lapangan.

Kita tidak berani mengatakan apakah peristiwa dalam Lukas 9:37-4a adalah suatu pertandingan antara Tuhan Yesus dengan roh jahat, tetapi memang Tuhan Yesus setelah “turun gunung” bersama tiga oraang murid-Nya diperhadapkan dengan seorang anak yang sewaktu-waktu diserang roh jahat. Di mana waktu diserang roh jahat itu, anak tersebut mendadak berteriak dan roh jahat itu menggoncang-nggoncangkannya, sehingga mulutnya berbisa (Luk. 9:39).  Banyak orang menafsirkan anak tersebut menderita penyakit ayan (epilepsy) dengan melihat tanda-tandanya itu. Namun demikian itu hanyalah tafsir belaka, karena dalam bahasa Yunani istilah yang dipakai berarti menggambarkan penderitaan anak tersebut dan menyatakan ada kuasa lain yang menyerang anak tersebut yang membuatnya menderita. Tuhan Yesus lalu menyembuhkan anak tersebut.

Beberapa hal yang dapat kita mabil dari peristiwa tersebut di atas tentang apa yang dilakukan Tuhan Yesus adalah :

  1. Peristiwa itu dilakukan setelah Tuhan Yesus berada di atas gunung bersama dengan tiga murid-Nya, dan di sana bertemu dengan Musa dan Elia. Sementara tiga murid-Nya melihat pemandangan itu berkehendak mendirikan tiga kemah untuk mereka. (Luk. 9:28-33). Berada dalam suatu kenyamanan adalah menyenangkan, tetapi jika mau terus menerus berada dalam suasana nyaman, kita akan melupakan bahwa kehadiran kita di tempat lain juga diperlukan. Retreat diperlukan tetapi kalau kita ingin selamanya retreat, itu tidak baik, karena masih banyak yang harus kita lakukan di tempat lain sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab kita.
  2. Ternyata benar, setelah turun dari gunung Tuhan Yesus telah ditunggu banyak oorang yang meminta pertolongan melalui karya nyata-Nya. Tuhan Yesus tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, kemudia Dia seperti biasa menolong dan menyembuhkan anak yang sewaktu-waktu diserang roh jahat itu dengan kuasa dan kasih-Nya (Luk. 9:42). Di tempat kita bersama-sama dengan masyarakat, banyak kesempatan kita untuk melayani mereka melalui apa yang dapat kita lakukan. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada, pergunakanlah waktu yang ada untuk menjadi berkat bagi orang lain yang memerlukan.
  3. Pada waktu Tuhan Yesus mengatakan “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat … (Luk. 9:41), pernyataan itu bisa ditujukan kepada orang tua anak itu atau murid-murid-Nya yang tidak mampu menyembuhkan anak tersebut. Di sini Tuhan Yesus menekankan perlunya kepercayaan yang bulat dalam melakukan karya nyata, jangan setengah-setengah. Hal ini akan membuat kita berusaha semaksimal mungkin dengan penuh keyakinan dan penyerahan total kepada Tuhan.

Setiap saat kita bisa belajar dari apa yang dilakukan Tuhan Yesus, sudahkan kita banyak mengenal Tuhan Yesus dari apa yang dilakukannya? Sudahkan kita menyadari bahwa dalam peristiwa di atas roh jahat tidak kuat bertahan di hadapan Tuhan Yesus? Tuhan memberkati, Amin.