Renungan Harian 24 Februari – Disiplin, Keadilan dan Kasih Karunia

Bacaan Alkitab : Imamat 24 – 25
(Kurun waktu : diperkirakan 1.446 – 1.444 S.M.)


“Disiplin, Keadilan dan Kasih Karunia”


download versi word file : Renungan Harian – Tgl 24 Februari 2017

Setiap orang tua, majikan ataupun para pemimpin bentuk organisasi lainnya biasanya merasa perlu untuk menegakkan disiplin, namun mereka juga ingin melakukannya dengan benar. Mereka menghendaki agar ada sanksi yang tepat, benar dan adil atas setiap perbuatan buruk yang dilakukan seseorang, yang berlaku sama rata bagi setiap orang. Mereka juga bermaksud melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah terjadinya pertengkaran antar saudara, ataupun perkelahian di antara para pegawai. Mereka juga ingin agar setiap kerugian atas property perusahaan dapat dipulihkan, dan segala kepercayaaan dan rasa hormat yang hilang akibat kesalahan yang dilakukan, dapat pulih kembali. Mereka ingin memastikan saat yang baik untuk melakukan disiplin, ataupun sebaliknya, untuk menyatakan kasih dan kemurahan hati.
BIasanya tindakan pendisiplinan akan dilakukan saat terjadi pelanggaran peraturan yang seharusnya dipatuhi. Bagi anak-anak, mungkin bentuknya hukuman fisik karena mereka tidak merapihkan kamar dengan baik, tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumahnya yang ditugasi di sekolah, ataupun bertengkar dengan saudara kandungnya. Di tempat kerja, seorang pegawai dapat dikenakan sanksi akibat datang terlambat ke kantor, melakukan pekerjaan yang performanya di bawah standard, ataupun yang menyebabkan perkelahian di kantor. Allah memerintahkan Harun sebagai imam besar, untuk menjaga agar lampu-lampu kandil yang berada di Tabernakel dapat tetap menyala sepanjang malam dengan minyak zaitun. Lampu yang menyala tersebut juga merupakan lambang kehadiran Allah di Kemah SuciNya. Sama seperti Menorah (atau bahasa Ibrani untuk Kandil maupun Kaki Dian), Yesus adalah Terang Dunia, dan kita yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, menjadi imam-imamNya secara rohani (Wahyu 1 : 5b – 6).
“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh. 8 : 12).
“(5:14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. (5:15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. (5:16) Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat. 5 : 14-16).
Apakah kita sudah mematuhi perintah Allah untuk menjadi terang bagi dunia? Kita harus dapat memberi contoh yang baik untuk ditiru orang lain.
Salah satu hal lain yang diperintahkan Allah bagi ummat Israel adalah untuk memberikan masa istirahat setiap periode tujuh tahun bagi tanah, terhadap segala jenis kegiatan pengolahan tanah tersebut untuk tujuan bercocok-tanam. Mungkin bagi seorang petani, hal tersebut tampaknya bodoh atau salah, namun Allah, melalui system masyarakat yang berdasarkan prinsip teokrasi (masyarakat yang system pemerintahannya mendasarkan diri pada prinsip-prinsip Illahi) telah berfirman, bahwa ia akan memberkati ummatNya saat mereka mematuhiNya. Dan para petani pada masa kini telah memahami tentang manfaat yang akan diperoleh, jika tidak melakukan eksploitasi yang berlebihan atas tanah lahan pertanian, serta keuntungan dari tindakan pemupukan tanah selama masa istirahat tersebut. Beratus tahun kemudian, sebelum ummat Israel akhirnya dibawa sebagai tawanan ke Babel dan dikeluarkan dari tanah perjanjian , kita menemukan bahwa salah satu hukuman yang diberikan Allah kepada ummat Israel antara lain adalah karena mereka tidak mematuhi untuk mengistirahatkan tanah-tanah pertanian mereka selama tahun-tahun Sabbath bagi lahan-lahan tersebut (2 Tawarikh 36:21). Kesalahan-kesalahan apa sajakah yang telah kita lakukan yang dapat mengakibatkan hukuman TUHAN ataupun akibat buruk yang harus kita tanggung?
Pelanggaran seperti apakah yang patut mendapat hukuman pendisiplinan yang paling ketat? Tindakan pendisiplinan yang ketat sering dilakukan terhadap mereka yang bertindak melanggar otoritas di atasnya. Di dalam kitab Imamat 24 kita mengetahui bahwa hukuman terberat berlaku bagi ummat Israel yang telah berbicara atau bertindak menentang Allah. Imamat 24 : 15-16 menyebutkan : “(24:15) Engkau harus mengatakan kepada orang Israel, begini: Setiap orang yang mengutuki Allah harus menanggung kesalahannya sendiri. (24:16) Siapa yang menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati.”
Bahkan nama Allah itu sendiripun harus dianggap kudus dan harus sungguh-sungguh dihormati. Seberapa kuduskah arti nama Allah bagi Anda? Apakah Anda pernah mengutuki seseorang atau sesuatu hal dengan menggunakan nama Allah? Ia akan menindak kesalahan tersebut dengan amat sungguh-sungguh. Namun demikian, hukuman yang dikenakan terhadap orang Israel yang menghujat nama Allah tidaklah berarti menyarankan agar kita membunuh orang yang telah melanggar kekudusan nama Allah, atau bahwa kita pun akan dibunuh jika melakukan pelanggaran yang sama. Peraturan tersebut ditetapkan bagi ummat Israel yang berada di bawah system pemerintahan teokratis, dengan segala perintah dan hukum yang harus dipatuhi, yang berasal dari Allah sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Meskipun demikian, Allah dapat saja menghukum setiap ummat Kristiani yang melanggar kekudusan namaNya, nama yang telah mengampuni segala dosa mereka, menyelamatkan mereka dari maut dan api neraka, dan nama yang telah memberi kehidupan dan berkat-berkat rohani. Tetapi merupakan suatu hal yang mendasar bahwa orang-orang yang telah memberontak terhadap otoritas di atasnya, patut mendapat tindakan pendisiplinan yang amat ketat. Pendisiplinan ini dapat dilakukan dengan menghilangkan/ mengambil hak-hak utama mereka, ataupun bahkan pemecatan atau pengusiran, di mana implementasi terbaiknya didasarkan pada situasi yang dihadapi. Namun kesalahan tersebut tidak dapat ditolerir.
Bagaimana caranya untuk melakukan tindakan koreksi yang berkeadilan dan diberlakukan dengan sama rata? Peraturan kuno yang terdapat di dalam kitab Imamat 24 yang masih berguna untuk kita pelajari, berkata : “mata ganti mata dan gigi ganti gigi”, pada dasarnya adalah konsep ganti rugi yang adil (Imamat 24 : 17-22). Mungkin system pemerintahan di masyarakat kita saat kini bukan bersifat teokrasi; kita memiliki landasan hukum di negara kita yang harus dipatuhi, namun kita masih dapat melaksanakan prinsip tersebut pada tingkatan tertentu, dengan menjatuhkan tingkat hukuman yang sebanding dengan jenis kejahatan yang dilakukan. Pelanggaran-pelanggaran yang sifatnya tidak seberat kesalahan yang telah disebutkan terdahulu tetap perlu mendapatkan hukuman yang adil, seimbang dan benar, mungkin juga terkadang mendapat keringanan, dan yang penting juga adalah agar selalu mengusahakan hasil terbaik atas semua pihak yang terlibat. Tujuannya adalah agar pihak yang bersalah dapat belajar dari kesalahan tersebut, dan bukan untuk memberikan hukuman yang berlebihan. Tindakan pendisiplinan yang adil dan dilakukan dengan sikap yang benar, biasanya akan menghentikan pertikaian. Yesus berfirman di dalam kitab Matius 5 : 38-42 :
(“5:38) “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. (5:39) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. (5:40) Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. (5:41) Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (5:42) Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.”
Penekanan yang terdapat di dalam kitab Imamat 24 adalah keadilan. Intisari pesan yang terdapat di dalam kitab Matius 5 : 38-42 tersebut di atas adalah kasih karunia. Artinya jika kita hendak melakukan tindakan pendisiplinan dengan adil dan berlaku sama rata, maka keduanya yaitu prinsip-prinsip keadilan dan kasih karunia harus diaplikasikan yang paling sesuai bagi setiap individu dan kondisi yang dihadapi.
Bagaimana kita dapat bertindak dengan adil dan membantu masyarakat di sekitar kita yang kurang mampu ataupun kurang beruntung? Haruskah kita hanya menyatakan rasa simpati saja? Ataukah sebaiknya kita menyatakan belas kasihan kepada mereka dan menolong memberi kesempatan untuk memperbaiki hidup? Atau haruskah kita memberi sedekah dan memperlakukan mereka dengan baik? Kita akan mendapat petunjuk tentang bagaimana sebaiknya memperlakukan kaum papa, dan khususnya mereka yang menjadi anggota gereja kita, dengan mempelajari tentang tahun Yobel yang terdapat di dalam kitab Imamat 25.
Kata “Yobel” di dalam bahasa Ibrani secara harafiah berarti “tanduk domba jantan”, dan permulaan tahun Yobel ini biasanya ditandai dengan peniupan tanduk tersebut. Kemudian sejak tahun LXX (terjemahan bahasa Yunani untuk teks bahasa Ibrani), kata Yobel tersebut diterjemahkan sebagai “Pembebasan (Rilis)”, untuk menggambarkan fungsi dari tahun perayaan tersebut (The Bible Knowledge Commentary of the Old Testament by Walvoord and Zuck, copyright 1985, page 210). Berdasarkan kitab Imamat 25, tahun Yobel diperingati setiap 50 tahun sekali dan diawali dengan peniupan sangkakala dari tanduk domba jantan pada Hari Raya Pendamaian. Pada perayaan sepanjang tahun Yobel ini, dilakukanlah peringatan Sabbath (saat istirahat) bagi tanah lahan pertanian, di mana tidak ada kegiatan penanaman, pemeliharaan ataupun pemanenan, dan setiap orang kembali kepada keluarga dan mengurus property keluarga mereka serta kembali kepada klan keluarga masing-masing. Setiap orang, kaya ataupun miskin, hidup dari hasil penuaian atas tanah mereka tanpa ditanami ataupun mengolah tanah tersebut. Tidak ada kegiatan panen ataupun penjualan dari hasil tanah tersebut. Jika ada property ataupun jasa tenaga kerja yang dijual untuk mengkompensasikan pembayaran hutang, maka majikan mereka tidak dapat memiliki property ataupun tenaga kerja tersebut secara permanen, sedangkan pemilik tanah dan majikan wajib menjadi pelayan/ penjaga selama 50 tahun atau beberapa tahun, atas property dan tenaga kerja milik Allah tersebut, Disini hak kepemilikan ada pada Allah. Bagaimana cara kita memandang kepemilikan dan posisi atau jabatan yang diberikan TUHAN bagi kita? Apakah kita memandang diri kita sebagai sang pemilik ataukah pelayan/ pengurus?
Orang-orang yang kurang mampu yang ada di daerah mereka tidak boleh hanya untuk dimanfaatkan tenaganya; mereka tidak boleh dijual sebagai budak, melainkan melayani sebagai tenaga kontrak, dan mereka harus dibebaskan pada tahun Yobel tersebut. Mereka tidak boleh diperintah dengan kasar dan keji; para majikan harus selalu ingat bahwa orang-orang yang berkekurangan tersebut adalah pelayan-pelayan milik Allah, dan bukan sebagai budak bagi para majikan tersebut. Bahkan juga bagi para hamba asing dan pendatang yang tinggal bersama dengan orang Israel pun tidak boleh tetap dijadikan budak pada tahun Yobel tersebut. Ada masa pembebasan dan sukacita pada tahun Yobel. Tahun Yobel yang dirayakan ummat Israel dapat disamakan dengan saat Yobel bagi ummat Kristiani. Oleh pengorbananNya di kayu salib, Yesus Kristus telah menebus kita dari perbudakan dosa dan memberikan kebebasan bagi kita agar kita dapat melayani TUHAN. Apakah status kita sebagai orang kaya ataupun miskin, secara rohani kita memiliki kedudukan yang sama.
Roma 6 : 17-18 berkata: “(6:17) Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. (6:18) Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.”
Roma 6 : 22 berkata: “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.” (Puji nama TUHAN!)
Galatia 5 : 1 berkata: “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”
Perintah-perintah lebih lanjut berkenaan dengan Tahun Yobel terdapat di dalam kitab Ulangan 15 : 7 – 15. Ketika orang Israel yang tidak mampu dan bekerja sebagai hamba kemudian dibebaskan, para majikan mereka tidak boleh bersikap kejam dan kikir. Mereka harus bersikap murah hati kepada kaum yang tidak mampu tersebut, menyediakan hal-hal yang mereka butuhkan dengan murah hati, dan memberi mereka kesempatatn untuk memulai hidup baru. Mereka harus berpikir dengan bijak; sebelumnya para majikan tersebut juga telah menjadi budak di Mesir sebelum mereka dibebaskan oleh TUHAN.
Lalu bagaimana pada masa kini kita harus memperlakukan orang-orang yang kurang mampu, khususnya para saudara seiman? Ringkasan dari Lukas 4 : 18-19, Galatia 2 :10 dan Galatia 5: 13-14, mengingatkan kita bahwa Allah telah mengampuni segala hutang dan pelanggaran kita, dan telah memberi kebebasan bagi kita. Kita perlu memperhatikan kaum yang berkekurangan tersebut, dengan murah hati memberikan hal-hal yang mereka perlukan dan siap memberi pertolongan bagi mereka. Kita tidak boleh hanya memikirkan keperluan pribadi kita saja, melainkan harus saling melayani satu sama lain. Kita harus melakukan setiap pelayanan tersebut sebagai seorang hamba/pengurus yang baik atas hak milik Allah, dan juga sebagai seorang saudara di dalam Kristus Yesus, sambil selalu mengingat tentang bagaimana Allah telah menebus dan membebaskan kita. Inilah cara untuk menyatakan kasih karunia dan kemurahan Allah.

Untuk Direnungkan dan Dilakukan :
 Yang pertama, perhatikanlah diri Anda – apakah Anda sedang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan perintah dan kehendak Allah yang baik, ataupun terhadap manusia, yang dapat mengakibatkan hukuman ataupun tindakan pendisiplinan? ;
 Mereka yang memberontak terhadap otoritas di atasnya akan mendapat tindakan pendisiplinan yang ketat ;
 Pendisiplinan yang dilakukan dengan adil dan dengan sikap yang tepat, biasanya akan menghentikan pertikaian dan akan memberi kedamaian ;
 Kita adalah hamba/ pengurus atas segala sesuatu yang telah diberikan Allah bagi kita ;
 Yobel bagi ummat Kristiani dapat disamakan dengan pengorbanan Kristus – Ia telah membebaskan kita dari segala dosa, agar kita dapat melayani Allah. Itulah kasih karunia dan kemurahan Allah bagi kita. Halleluyah!
 Sebagai pengurus dari hak milik yang berasal dari Allah, dan sebagai sesama saudara di dalam Kristus, kita harus menolong kaum yang kurang mampu dan yang kurang beruntung, sambil mengingat bagaimana Allah telah menebus dan membebaskan kita. Inilah cara untuk menyatakan kasih karunia dan kemurahan Allah.

Pertanyaan Untuk Diskusi :
 Ajaran Yesus di dalam kitab Mat. 5 : 38-42 mengatakan tentang adanya hukum kasih karunia dan kemurahan hati yang nilainya lebih tinggi daripada ‘hukum balas dendam’; pernahkah kita berjuang untuk tidak melakukan balas dendam atas perlakuan tidak baik/ adil yang dilakukan orang lain terhadap diri kita? Bagikanlah, lalu bagaimanakah cara kita berjuang untuk mengatasi keinginan membalas dendam tersebut dan bagaimana kemudian cara Anda menyatakan hukum kasih dari Tuhan Yesus?
 Di dalam kitab Imamat 25 kita membaca tentang Tahun Yobel; apakah menurut Anda konsep-konsep tentang tahun Yobel tersebut telah digenapi di dalam karya Yesus ? Dan jika demikian hal nya, bagaimana cara kita hidup di dunia ini sebagai ummat Tuhan yang percaya bahwa Yesus telah menggenapi seluruh ketentuan Tahun Yobel tersebut?

Ayat Hafalan Hari Ini :
 Mikha 6 : 8 “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”